PALEMBANG – Dua aspek utama terkait manajemen risiko menjadi fokus pesan Direktur Utama PTPN IV Jatmiko Krisna Santosa kepada jajaran manajemen Regional 7 saat menggelar rapat di Kebun Betung, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Kamis (21/11/24). Aspek pertama adalah memastikan investasi besar, terutama program tanam ulang kelapa sawit sukses, dan aspek kedua kepastian seluruh pelaksanaan manajemen di semua level berjalan dengan baik.
“Saya datang ke sini untuk memastikan pelaksanaan manajemen dari atas sampai bawah berjalan sebagaimana kita sepakati, yakni operational excellence. Ini menjadi komitmen kami di BOD bahwa paradigma baru yang kita kembangkan adalah harmonis, bertumbuh, dan juara. Dan satu lagi yang menjadi concern kami, saya harus pastikan investasi besar di TU (tanam ulang, replanting) harus berhasil. Sebab ini adalah pertaruhan masa depan perusahaan,” kata dia.
Pada rapat yang diadakan di Kantor Sentral Kebun Betung, Jatmiko didampingi Direktur Pemasaran dan Komersil Ryanto Wisnuardhy dan Kepala Divisi Sekretariat Perusahaan Subholding PalmCo. Region Head Regional 7 Denny Ramadhan sebagai tuan rumah didampingi SEVP Business Support Bambang Eko Prasetyo, SEVP Operation Oshutri Anwar, dan beberapa Kepala Bagian. Para Manajer Kebun Kebun terdekat, yakni Betung, Betung Krawo dan Talang Sawit hadir secara offline. Sedangkan para Manajer Kebun se Regional 7 di Lampung, Sumsel, dan Bengkulu, serta para pejabat Kantor Regional 7 mengikuti secara daring.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Secara makro Jatmiko mengatakan, PalmCo sebagai entitas Subholding PTPN III yang khusus mengelola komoditas kelapa sawit mendapat mandat untuk mendukung program ketahanan pangan dan energi nasional. Tugas yang dituangkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) ini, kata dia, adalah pertaruhan reputasi dan kredibilitas institusi dan personel yang ada.
“Ini bukan sekadar pertaruhan nama, tetapi lebih mulia dari itu. Yakni, misi untuk kemaslahatan seluruh rakyat Indonesia. Kita sedang mengemban tugas kemanusiaan yang fundamental. Maka, tidak boleh ada yang main-main,” kata Dirut
Memperjelas dua aspek dalam manajemen risiko yang sedang ditargetkan, Jatmiko menegaskan semua aspek perencanaan investasi dikaji secara komprehensif dan simultan, baik secara akademik hingga dampak sosial dan aspek lainnya.
Tentang operational excellence, Dirut yang memulai karir sebagai konsultan keuangan ini meminta seluruh jajaran untuk memberi nilai tambah kepada setiap tugas yang diemban. Ia mencontohkan, pekerjaan yang bersifat normatif harus diperkaya dengan berbagai opsi agar terjadi peningkatan manfaat.
“Saya beri contoh sebab akibat. Kalau tanaman menguning, ya dipupuk. Kalau lahan kekeringan, ya di siram. Itu contoh yang normatif sekali. Kita biasakan untuk memberi nilai tambah. Selain pupuk, cara apa supaya tanaman tetap terjaga dengan prima. Cari cara dengan ilmu dan pengalaman. Buat percobaan untuk bisa mengatasi masalah tidak hanya dengan cara biasa yang normatif. Setiap kita pasti punya kelebihan, apalagi pekerjaan itu setiap hari kita jalani.”
Dalam konteks memberi nilai tambah kepada tugas, Jatmiko juga menyampaikan peluang kepada semua karyawan di semua level untuk meniti karir. Dengan paradigma baru terkait karir, ia menyatakan tidak akan ada lagi karir yang mengacu kepada senioritas dalam konteks usia atau aspek non teknis lainnya.
“Selagi saya masih ada di sini tidak ada kepemimpinan berdasarkan urut kacang (senioritas). Karir kepemimpinan harus ada korelasinya antara kemampuan dan hasil kerja. Tumbuhkan sikap curiosity atau rasa ingin tahu supaya kemampuan kita semakin baik. Kami membuka ruang seluas-luasnya kepada anak-anak muda sekalipun untuk menduduki jabatan apapun sesuai dengan prestasinya.” kata dia.
Sementara itu, Direktur Pemasaran Ryanto Wisnuardhy memberi pengarahan tentang peran seorang pimpinan, terutama Manajer Kebun untuk menjadi model kinerja di setiap unit kerja. Modelitas yang dimaksud, bukan sekadar aktivitas fisik harian, tetapi juga kepada cara berpikir untuk mendapatkan solusi atas setiap masalah yang muncul.
“Manajemen pengawasan harus hands on sampai ke bawah. Ini harus menjadi perhatian karena jika tidak, room improvement kita untuk memperbaiki kinerja akan tertutup,” kata Ryan yang selain sebagai Direktur Pemasaran juga menjadi Direktur Pembina untuk Regional 7.
Untuk memaksimalkan produksi dan produktivitas, Ryanto Wisnuardhy yang sebelumnya menjadi Direktur PTPN VII ini meminta agar seluruh aspek yang ada dalam kendali kita dipastikan sesuai SOP. Sebab, kata dia, dalam bisnis agro di lini produksi, aspek yang otoritasnya berada di luar kendali manajemen, bahkan di luar kendali manusia sangat dominan.
“Harus kita pastikan semua aspek yang domainnya ada pada kita terkendali dengan maksimal. Sebab, faktor iklim, cuaca, dan faktor alam lainnya bukan di wilayah kita. Juga faktor harga dan pasar, proporsi kita untuk ikut campur tangan sangat kecil.”
Menanggapi arahan Direksi, Region Head Denny Ramadhan menyatakan komitmennya terhadap visi dan misi perusahaan. Ia melaporkan, kondisi manajemen, tanaman, dan seluruh potensi di Regional 7 siap untuk menjalankan kebijakan perusahaan.
“Sejak bergabung ke PalmCo tujuh bulan yang lalu, kami melakukan positioning dengan menggalang seluruh potensi meraih kinerja terbaik. Tetapi memang, pada pertengahan tahun hingga Oktober tahun ini kinerja produksi kami turun karena pengaruh iklim. Saat ini kami memasuki masa puncak produksi dan insyaallah terus mengejar ketertinggalan. Hal ini menjadi modal fundamental untuk pencapaian kinerja tahun 2025 yang lebih baik,” kata Denny.
Rapat yang diikuti seluruh jajaran manajemen Regional 7 berlangsung dinamis. Berbagai pertanyaan yang mengundang diskusi konstruktif dan hangat berkepanjangan membangun rasa optimistis pada semua jajaran. Sesi terakhir rapat diisi dengan foto bersama di depan Pabrik Kelapa Sawit Betung.
Manajer Unit Betung Heria Kusworo menyampaikan terima kasih kepada Dirut dan Dirsar yang mengunjungi Unit yang dia pimpin. (*)