Profil Guru Masa Depan Harus Penuh Panggilan Jiwa

JAKRATA- Kemendikbud telah merancang model baru pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk tahun 2020 baik program prajabatan maupun dalam jabatan. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Elvira, S.H., M.H., Analis Kebijakan Ahli Madya pada Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru & Tenaga Kependidikan dalam webinar pendidikan “Grand Desain Pendidikan Guru Masa Depan” yang diselenggarakan oleh Pena Bakti Institute pada hari Rabu siang (20/5/2020) kemarin.

“Untuk mencapai tujuan pendidikan yang tertuang dalam UU Sisdiknas no.20 tahun 2003, perlu dilakukan perubahan yang revolusioner tentang isi, proses dan penilaian. Selain itu, perlu ada perubahan mindset, pengetahuan dan keterampilan guru serta kinerja guru dalam mengimplementasikan kurikulum. Maka dari itu, tim pengembang PPG meracik model baru terkait PPG untuk tahun 2020,” ungkapnya.

Menurutnya, salah satu profil guru masa depan yang diharapkan dari lulusan PPG adalah penuh panggilan jiwa. Maka dari itu, pada proses seleksi PPG prajabatan kedepan akan dilaksanakan tes psikologi dan wawancara, sehingga tidak ada lagi peserta calon PPG yang ingin memilih profesi guru hanya semata-mata karena ada tunjangan profesi.

Pembicara lainnya, Prof. Dr. Cecep Darmawan, Guru Besar UPI menyampaikan hasil kajiannya terkait evaluasi penyelenggaraan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Menurutnya, pelaksanaan PPG masih begitu terbatas, sementara lulusan sarjana pendidikan setiap tahunnya diperkirakan tidak kurang dari 150.000, bahkan lebih. Selain itu, Prof Cecep menyoroti kurikulum PPG yang belum ideal serta pelaksanaan PPG yang terlalu singkat sehingga tidak menjamin output sebagai guru profesional. Ia pun mengajukan beberapa poin solusi dalam pelaksanaan kebijakan PPG terhadap pemerintah.

“Kalau memang sulit untuk menjaga kualitas guru dari sisi PPG karena lebih banyak birokrasi, saya menyarankan PPG yang terintegrasi bagi sarjana pendidikan yang berasal dari program studi dan PT yang terakreditasi A sebagai reward dari pemerintah. Tapi ini bukan program yang menyatu, tetap terpisah tapi satu kelanjutan,” tegasnya tentang salah satu solusi yang ditawarkan.

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. yang juga menjadi pembicara dalam webinar ini, menyampaikan beberapa pokok pikirannya tentang guru masa depan. Menurutnya, dalam skala internasional kualitas pendidikan Indonesia yang diukur oleh PISA (Programme for International Student Assessment) hasilnya memprihatinkan dengan Indonesia berada di posisi 10 terbawah. Dalam hal ini, ia menyampaikan bahwa guru memegang peran yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Prof Sutrisna pun menerangkan bahwa terdapat dua kompeteni tambahan yang harus dimiliki oleh guru masa depan.

“Jadi jika berbicara mengenai kompetensi guru di masa depan, ada dua kompetensi yang harus ditambahkan dalam kompetensi guru. Pertama kemampuan teknologi dan kedua pola pikir yang adaptif dan fleksibel. Dalam pelaksanaan PPG, peserta harus punya pengalaman untuk mengajar di sekolah dengan berbagai jenis kondisi seperti sekolah dengan akreditasi A, B, agar punya kapasitas pengalaman yang lebih profesional,” pungkasnya.

Sementara sebagai perwakilan guru, Ai Tin Sumartini, M.Pd. yang merupakan guru berprestasi nasional dari SMPN 5 Tasikmalaya menyampaikan bahwa dengan melihat realitas guru yang ada saat ini di tengah berbagai kekurangan dan keterbatasannya, maka para guru dituntut untuk terus meningkatkan kualitas serta kompetensinya.

“Guru harus berdaya dan bisa memberdayakan. Guru harus menggerakkan lingkungannya. Guru masa depan tidak hanya berperan sebagai pengajar tapi juga sebagai katalisator, penjaga gawang dalam menyaring pengaruh negatif, fasilitator untuk mengembangkan potensi dan penguhubung peserta didik dengan lingkungan,” ucapnya.

Ai pun menunjukkan kepada peserta weminar beberapa profil guru yang mampu meningkatkan kompetensinya sehingga memperoleh berbagai prestasi dalam berbagai bidang, baik skala nasional maupun internasional. [*]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.