Bandarlampung – Dugaan pesta narkoba jenis ineks yang menyeret lima pentolan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Lampung di ruang karaoke Hotel Grand Mercure beberapa waktu lalu, sontak memantik kehebohan publik. Bukan sekadar kasus hukum biasa, peristiwa ini menampar wajah organisasi pengusaha muda yang selama ini dikenal sebagai kawah candradimuka para calon pemimpin ekonomi.
Praktisi hukum Ghinda Anshori menegaskan, publik wajar menaruh sorotan tajam. Sebab, figur-figur muda yang seharusnya menebar inspirasi justru larut dalam perilaku yang merendahkan martabat diri sekaligus lembaga.
“Seharusnya para pelaku menjadi teladan, bukan justru mencoreng nama baik organisasi,” kritik Ghinda, Selasa (2/9/2025).
Di sisi lain, Ghinda memberikan apresiasi kepada Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung yang berhasil membongkar kasus ini. Ia menilai keberhasilan tersebut bukan kerja singkat, melainkan hasil penyelidikan panjang menelusuri arus gelap peredaran narkotika di Lampung.
Namun apresiasi saja tidak cukup. Gerakan Nasional Anti Narkotika (GRANAT) Kota Bandar Lampung ikut menekankan agar kasus ini tidak berhenti di level “pengguna pesta malam”. Ada tanda tanya besar yang perlu dijawab: apakah mereka murni sebagai pemakai, atau justru bagian dari jejaring pengedar narkotika di daerah?
“BNN Lampung harus jujur soal status hukum para pelaku. Kalau pengguna, undang-undang jelas menyatakan wajib rehabilitasi. Tapi kalau pengedar, hukum pidana berat tidak bisa ditawar,” tegas Ghinda.
Narasi ini sekaligus menjadi pengingat: penegakan hukum yang keliru bisa mengaburkan garis batas antara pengguna yang layak diselamatkan dan pengedar yang pantas dijerat. Jika dibiarkan, bukan hanya keadilan yang tercederai, tapi juga kepercayaan publik terhadap lembaga penegak hukum.
Kini, masyarakat menanti keberanian BNN Lampung untuk membuka tabir kasus ini setransparan mungkin. Sebab di balik dinding karaoke mewah itu, bukan hanya pesta yang berlangsung melainkan juga ujian serius bagi integritas hukum dan moralitas elite muda yang mengaku ingin membangun Lampung.