Salat Id PTPN I Reg.7: “Berserah secara Kaaffah”

- Jurnalis

Rabu, 10 April 2024 - 18:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BANDAR LAMPUNG – Dua riwayat berhikmah disampaikan Ustaz Ikhsan Dwi Guspriadi saat menyampaikan khotbah Salat Idul Fitri di Komplek PTPN I Regional 7 Bandar Lampung, Rabu (10/4/24). Kisah dua cucu Nabi, Hasan dan Husin di suatu malam Lebaran dan kisah seorang tukang sol tidak berangkat haji tetapi mendapat pahala haji itu “menghipnotis” seratusan jemaah yang merupakan karyawan dan warga sekitar sehingga suasana sangat khusuk.

Di tengah jemaah, tampak hadir SEVP Business Support Okta Kurniawan. Diinisiasi Pengurus Panitia Hari-Hari Besar Islam (PHBI) Kantor Direksi, kegiatan rutin tahunan ini difasilitasi Pengurus Masjid Baitunnabat Komplek Perumahan PTPN I Regional 7.

Dalam sambutan mewakili Ketua PHBI Regional 7 Andi Firmansyah mengatakan, suasana religius harus terus dibangun seiring dengan upaya perusahaan dalam operasionalnya. Dalam konteks ini, ia mengapresiasi Manajemen PTPN I Regional 7 yang terus memberi dukungan dalam banyak bentuk kegiatan keagamaan.

“Atas nama seluruh karyawan dan PHBI, kami menyampaikan terima kasih kepada BRM (BRM (Board of Regional Management) 7 yang selama ini mendukung setiap kegiatan religius di lingkungan perusahaan. Ini sangat penting karena religiusitas setiap individu karyawan akan menjadi modal moral yang akan menggerakkan operasional perusahaan lebih cepat dan terhindar dari penyalah gunaan,” kata dia.

Bertindak sebagai imam dan khatib pada agenda itu Ustaz Ikhsan Dwi Guspriadi, pendidik di Sekolah Islam Terpadu Darul ‘Ilmi, Bandar Lampung. Dalam khotbahnya, dai muda ini membangun imaji jemaah dengan kisah zaman kerasulan yang memberi makna bahwa melakukan sesuatu harus dengan keikhlasan tinggi dan dilaksanakan secara menyeluruh.

Baca Juga :  Pemdes Margodadi Salurkan Bantuan Pangan Sebanyak 147 KPM

“Sebagai muslim, kita harus meyakini bahwa ajaran agama ini adalah hak dan mutlak, tidak ada reserve, tidak bersisa keraguan. Jika keyakinan sudah full alias kaaffah, maka keajaiban Alloh SWT akan datang tanpa disangka-sangka dan pada saat yang tepat,” kata dia.

Simpulan ini dia gambarkan dari peristiwa suatu malam Idul Fitri yang terjadi pada dua cucu Rasululloh, Hasan dan Husain. Saat itu, seluruh penduduk Kota Madinah bersiap merayakan Idul Fitri dengan berbagai fasilitas. Namun, hingga malam Lebaran, Hasan dan Husen belum dibelikan baju baru. Padahal, hampir semua temannya sudah punya.

“Malam itu, Hasan dan Husen bertanya kepada Fatimah, Ibunya, mengapa dia belum dibelikan baju baru. Lalu, sang ibu menjawab bahwa baju yang dipesannya sedang diselesaikan oleh penjahit. Padahal, Fatimah tidak pesan baju karena memang tidak punya uang.”

Namun,lewat tengah malam, pintu rumahnya diketuk orang yang kemudian menyerahkan dua stel baju untuk Hasan dan Husain. Fatimah tidak menyangka dan hanya mengucap “Alhamdulillah”. Pagi harinya, Rasululloh datang ke rumah cucunya dan mendapati dua bocah itu berbaju baru sehingga menyenangkan hati Nabi. “Yang datang membawakan pakaian Hasan dan Husain itu adalah malaikat,” terang Ikhsan.

Baca Juga :  Tak Terbendung, Ratusan Emak-emak Antusias Ikuti Senam Cakep Bersama Nanda Indira

Kisah kedua disampaikan Ikhsan tentang Ali bin Al Muwafaq. Dia adalah tukang sol sepatu di Damaskus, Syiria yang menjadi perbincangan dua malaikat karena dia tidak berangkat haji tetapi mendapat pahala haji mabrur.

Dikisahkan oleh Ikhsan, Ali bin Al Muwafaq sesungguhnya sudah bersiap berangkat haji dengan modal uang 350 dinar yang dia kumpulkan bertahun-tahun. Namun, ia memutuskan tidak berangkat karena uang untuk berhaji itu dia berikan kepada seorang janda tua beranak enam yang miskin dan terpaksa makan daging bangkai keledai yang mati karena dia bersama enam anaknya sudah tiga hari tidak makan.

“Daging ini halal untuk kami, tetapi haram untuk Tuan. Karena ini daging keledai yang mati lalu kami ambil sebagian, kami masak untuk makan. Kami tidak punya makanan apapun beberapa hari ini.”

Dua kisah ini diaktualkan Ikhsan dalam kehidupan masa kini umat. Ia mengajak jemaah untuk menjadi pribadi-pribadi yang melaksanakan agama secara keseluruhan (kaaffah). Sebab, kata dia, sesuatu yang mewah, menarik, hebat, tinggi, cerdas, berkuasa, dan lainnya, belum tentu baik di mata Alloh. “Hal itu bisa saja sebaliknya,” kata dia. (*)

Berita Terkait

Pasca Pilkada, Tokoh Adat Pesawaran Serukan Dukungan Penuh untuk Pemimpin Terpilih
Ratusan Insan Pers Gelar Aksi Damai di kantor Bupati Tuba Tuntut Kadis Kominfo diCopot
FMPB Minta Kepastian Hukum Kasus Penyebaran Konten Fitnah
Rama Diansyah Bantah Tuduhan Penganiayaan,  Sebut Keterangan Zahrial Tidak Berdasar
DPW HIPPAPI Lampung Gelar Pelatihan Penjurian Ayam Pelung, Tingkatkan Kompetensi Juri dan Peternak
Khutbah Jum’at di Masjid Nurul Shalih Binong Tegaskan Rasulullah adalah Suri Teladan Terbaik dalam Segala Aspek Kehidupan
Jawab Tantangan Pembelajaran Abad 21, MIN 1 Pesawaran Adopsi Platform Alef
Jumat Barokah MTsN 2 Pesawaran: Sinergi Orang Tua dan Sekolah Kuatkan Pendidikan Karakter Siswa
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 16 September 2025 - 11:50 WIB

Pasca Pilkada, Tokoh Adat Pesawaran Serukan Dukungan Penuh untuk Pemimpin Terpilih

Senin, 15 September 2025 - 20:14 WIB

Ratusan Insan Pers Gelar Aksi Damai di kantor Bupati Tuba Tuntut Kadis Kominfo diCopot

Senin, 15 September 2025 - 18:10 WIB

FMPB Minta Kepastian Hukum Kasus Penyebaran Konten Fitnah

Sabtu, 13 September 2025 - 17:08 WIB

DPW HIPPAPI Lampung Gelar Pelatihan Penjurian Ayam Pelung, Tingkatkan Kompetensi Juri dan Peternak

Jumat, 12 September 2025 - 17:37 WIB

Khutbah Jum’at di Masjid Nurul Shalih Binong Tegaskan Rasulullah adalah Suri Teladan Terbaik dalam Segala Aspek Kehidupan

Berita Terbaru

Daerah

FMPB Minta Kepastian Hukum Kasus Penyebaran Konten Fitnah

Senin, 15 Sep 2025 - 18:10 WIB

Hukum Dan Kriminal

Kasus KDRT Lampura, Korban Mengadu ke Propam

Minggu, 14 Sep 2025 - 22:32 WIB